Rabu, 31 Oktober 2012

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA TERPENOID YANG AKTIF ANTIBAKTERI PADA HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn)



Perkembangan penggunaan obat-obatan tradisional khususnya dari tumbuh-tumbuhan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah cukup meluas. Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat adalah meniran (Osward, 1995).

Meniran adalah herba yang berasal dari genus Phyllanthus dengan nama ilmiahPhylanthus niruri Linn (Heyne, 1987). Herba ini secara tradisional dapat digunakan sebagai obat radang ginjal, radang selaput lendir mata, virus hepatitis, peluruh dahak, peluruh haid, ayan, nyeri gigi, sakit kuning, sariawan, antibakteri, kanker, dan infeksi saluran kencing (Anonim, 2005; Mangan, 2003).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu monoterpenoid linalool, diterpenoid (-) hardwicklic acidphytol, triterpenoid saponin dan triterpenoid glikosida (Grayson, 2000; Bigham et al., 2003; Lim et al., 2006; Anonim, 2007; Anonim, 2007).


ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : neraca analitik, blender, labu erlenmeyer, penguap putar vakum, pipet ukur, labu ukur, corong pisah, botol reagen, kertas saring, seperangkat alat gelas, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, kromatografi gas-spektroskopi massa, refluks, sokhlet dan lampu ultra violet 254 nm dan 366 nm.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bagian herba meniran segar (Phyllanthus niruri Linn) yang diperoleh dari Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Propinsi Bali. Herba meniran dikeringkan kemudian diblender sampai berbentuk serbuk. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian terdiri dari metanol (p.a), asam asetat anhidrida (p.a), H2SO4 pekat, kloroform (p.a), nheksana (p.a), benzena (p.a), KOH 10%, kalsium klorida anhidrat, HCl 4 M, kalium bromida, silika GF254, silika G60, akuades.

METODE KERJA

B   1.      Ekstraksi
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu :
 a.   Sokletasi
    Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n –heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri
            b. Maserasi
    Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol  dipekatkan lalu dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n–heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.

2   2.   Uji aktivitas antibakteri
Ekstrak n-heksanaa diuji aktivitasnya terhadap bakteri Eschericia coli danStaphyloccocus aureus dengan tahap – tahap sebagai berikut : 
  •  Diambil sebanyak satu koloni biakan bakteri Eschericia coli dengan menggunkan jarum ose yang dilakukan secara aseptis.
  •  Dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2 mL Mueller-Hinton broth kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC .
  •  Suspensi bakteri homogen yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Mueller-Hinton agar, secara merata dengan menggunakan lidi kapas yang steril.
  • Kemudian ditempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta pelarutnya (n-heksana) yang digunakan sebagai kontrol.
  •    Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC .
  • Dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap bakteri.
  • Untuk biakan bakteri Staphyloccocus aureus dilakukan dengan cara yang sama seperti biakan bakteri Eschericia coli, namun suhunya berbeda yaitu pada suhu 37ºC

Ekstrak yang positif terpenoid dan paling aktif antibakteri dipisahkan mengunakan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak kloroform : metanol (3 : 7). Fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri. Fraksi yang positif terpenoid dan paling aktif antibakteri dilanjutkan ke tahap pemurnian menggunakan kromatografi lapis tipis. Isolat yang relatif murni selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatogafi gas – spektroskopi massa.

                       HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ekstraksi dengan cara sokletasi dan maserasi menunjukkan bahwa ekstrakn-heksana pada kedua cara tersebut positif mengandung senyawa terpenoid. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna ungu setelah ekstrak nheksana direaksikan dengan Pereaksi Lieberman Burchard. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi memberikan daya hambat yang lebih besar dibandingkan ekstrakn-heksana hasil maserasi. Terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi dipisahkan mengunakan kromatografi kolom menghasilkan tiga buah fraksi yang dipaparkan pada Tabel 1.

No
Fraksi
Jumlah Noda
Rf
Warna Ekstrak
1
A
1
0,725
Kuning
2
B
2
0,690 dan 0,600
Kuning muda
3
C
1
0,580
Kuning muda


Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi A dan fraksi C positif terpenoid yaitu memberikan warna merah muda (positif diterpenoid) pada fraksi A dan warna ungu muda (positif triterpenoid) pada fraksi C setelah direaksikan dengan pereksi Lieberman-Burchard. Hasil ini dipaparkan pada Tabel 2.

Nama Fraksi
Warna larutan sebelum direaksikan dengan pereaksi Liberman-Burchad
Warna larutan setelah direaksikan dengan pereaksi Liberman-Burchad
Keterangan
Fraksi A
Kuning
Merah  muda
Positif terpenoid (diterpenoid)
Fraksi B
Kuning muda
Hijau kebiruan
Negative terpenoid (steroid)
Fraksi C
Kuning muda
Ungu muda
Positif terpenoid(triterpenoid)

Fraksi yang positif terpenoid selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri. Dari hasil uji aktivitas antibakteri fraksi A memberikan daya hambat yang lebih baik sehingga fraksi A dilanjutkan ke tahap pemurnian. Hasil pemurnian menunjukkan noda tunggal. Hal ini dapat dikatakan fraksi A relative murni secara KLT. Isolat yang relatif murni diidentifikasi menggunakan kromatografi gas – spektroskopi massa. Kromatogram gas fraksi n-heksana positif terpenoid dan aktif antibakteri yang menunjukkan terdapatnya dua buah puncak dengan waktu retensi berturut-turut : 25,74 dan 21,93 menit. Berdasarkan data di atas senyawa tersebut mengandung dua buah senyawa.
Setelah difragmentasi, struktur phytadiene mengikuti pola fragmentasi senyawa pada puncak I, dengan demikian senyawa pada puncak I diduga sebagai senyawaphytadiene berdasarkan data Spektroskopi Massa, pola fragmentasi dan hubungan antara senyawa puncak I dengan phytolphytadiene dan dodekane.
Berdasarkan data hasil penelusuran internet, terdapat struktur senyawa yang memiliki berat molekul m/z 336 dengan gugus dan pola fragmentasi yang memenuhi gugus dan pola fragmentasi senyawa pada puncak II, senyawa tersebut adalah 1,2-seco-cladiellan. Berdasarkan data di atas ditarik suatu kesimpulan yaitu senyawa puncak II diduga sebagai senyawa 1,2–secocladiellan, karena struktur senyawa ini memenuhi pola fragmentasi senyawa puncak II.

      KESIMPULAN

Penelitian Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Terpenoid Yang Aktif Antibakteri Pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) dengan perlakuan awal ekstraksi, kemudian dipisahkan dengan kromatografi kolom, dimurnikan dengan kromatografi lapis tipis dan selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatogafi gas – spektroskopi massa disimpulkan bahwaHerba meniran (Phyllanthus niruri Linn) mengandung dua senyawa terpenoid yang diduga jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan.







Rabu, 17 Oktober 2012

ALKALOID

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.  Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf. Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.Alkaloid berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tubuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.

Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial)
Aktivitas Biologi
NikotinStimulan pada syaraf otonom
MorfinAnalgesik
KodeinAnalgesik, obat batuk
AtropinObat tetes mata
SkopolaminSedatif menjelang operasi
KokainAnalgesik
PiperinAntifeedant (bioinsektisida)
QuininObat malaria
VinkristinObat kanker
ErgotaminAnalgesik pada migrain
ReserpinPengobatan simptomatis disfungsi ereksi
MitragininAnalgesik dan antitusif
VinblastinAnti neoplastik, obat kanker
SaponinAntibakteri

nikotin tembakau yang dipakai dengan cara menghisap, menguyah atau menghirup tembakau dengan sedotan, menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, Dan jika mereka tidak bisa mendapatkan sebatang rokok lagi untuk dihisap, maka proses kecanduan dimulai…
 http://rizal-bbapujungbatee.blogspot.com/2010/08/effektivitas-nikotin-sebagai.html

Rabu, 10 Oktober 2012

MANFAAT FLAVONOID DALAM BUAH NAGA MERAH


Tumor dan kanker memang sedikit sama jika kita lihat gejala dan proses perkembangannya. Yang membedakannya hanyalah pada waktu perkembangan. Pada dasarnya kanker dan tumor adalah penyakit pada tubuh manusia yang ditandai dengan tumbuhnya jaringan pada tubuh manusia. Tumor dan kanker merupakan sekumpulan sel-sel abnormal yang tumbuh dari hasil pembelahan sel yang tidak terkendali. Ada beberapa jenis pengobatan tumor yang sering dipraktikan oleh sebagian besar ahli medis. Salah satunya adalah pengobatan alternative yang menggunakan bahan-bahan herbal yang terbukti aman dan berkhasiat untuk menumpas sel-sel abnormal yang kita kenal sebagai sel kanker. Selain tidak menimbulkan efek samping, obat herbal juga terbukti tak kalah hebatnya dengan obat-obat yang sering digunakan oleh para ahli medis. Dan faktor penyebab banyaknya peminat obat herbal adalah harganya yang sangat terjangkau.  Buah naga merah adalah salah satu obat herbal yang terbukti efektif untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai jenis tumor.

khasiat buah naga


Buah naga merah sebagai obat pencegah tumor sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit baik penyakit ringan maupun penyakit kronis. Namun kini banyak dibudidayakan di beberapa wilayah Indonesia sebagai bahan utama obat herbal pencegah kanker. Menurut hasil penelitian medis, obat pencegah tumor ini mengandung banyak zat baik yang sangat bermanfaat untuk menghambat dan mengobati kanker dan tumor seperti flavonoid, fenolik, tokoferol, dan berbagai macam mineral sebagai zat antioksidan yang aktif untuk mencegah dan menyembuhkan tumor ganas (kanker) maupun tumor jinak.  Zat antioksidan berfungsi untuk menangkal zat-zat radikal bebas yang mungkin masuk ke dalam tubuh manusia melalui polusi udara. Banyaknya radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi kinerja DNA sel yang merupakan inti/ pusat dari sel dalam tubuh. Jika hal tersebut terus-menerus terjadi makan DNA sel akan mengalami kerusakan karena telah kehilangan electron. Tidak adanya electron pada DNA sel akan menyebabkan kinerja sel menjadi tidak stabil dan akan menyebabkan tumbuhnya sel-sel abnormal pada tubuh yang dikenal sebagai sel-sel kanker.

Zat antioksidan yang terkandung dalam buah naga merah sebagai obat pencegah tumor akan memberikan electron pada radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini akan mencegah pencurian electron dari DNA dan DNA pun akan aman dari kehilangan electron. Karena tidak adanya pengambilan electron pada DNA sel, tidak ada sel-sel abnormal yang tumbuh pada tubuh. Zat-zat lain pada obat pencegah tumor ini juga mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel abnormal/ sel-sel kanker. Flavonoid pada buah naga merah mempunyai khasiat lain. Diantaranya adalah sebagai zat inaktivasi karsinogen. Inaktivasi di sini mempunyai arti bahwa zat tersebut mampu menonaktifkan zat penyebab kanker/ tumor. Kemudian khasiat lain dari zat flavonoid yang terdapat pada tanaman obat pencegah kanker ini adalah sebagai zat antiproliferasi yang artinya adalah untuk menghambat proses pertumbuhan dan perbanyakan sel-sel abnormal. Penghambat siklus sel kanker dengan cara menghambat pembelahan sel kanker adalah khasiat lain dari zat flavonoid ini.

SUMBER : http://www.jurnalkesehatan.info/buah-naga-dan-mengkudu-sebagai-obat-pencegah-tumor-yang-alami/

Kamis, 04 Oktober 2012

FLAVONOID


Flavonoid (atau bioflavonoids), juga dikenal sebagai Vitamin P dan citrin, adalah sebuah kelas tanaman metabolit sekunder. Menurut tatanama IUPAC, mereka dapat diklasifikasikan ke dalam:
·         '' flavonoid '', berasal dari 2-phenylchromen-4-one (2-fenil-1,4-benzopyrone) struktur (contoh: quercetin, rutin).
·         '' isoflavonoids'', berasal dari 3-phenylchromen-4-satu struktur (3-fenil-1,4-benzopyrone)
·         '' neoflavonoids'', berasal dari 4-phenylcoumarine (4-fenil-1,2-benzopyrone) struktur.

Tiga kelas flavonoid anti radang terpenting di atas adalah semua senyawa yang mengandung keton, dan dengan demikian, flavonoid dan flavonols. Kelas ini adalah yang pertama disebut "bioflavonoids." dan istilah flavonoid bioflavonoid juga telah lebih longgar digunakan untuk menggambarkan non-keton polyhydroxy polifenol senyawa yang lebih khusus disebut flavanoids, flavan-3-ols atau catechin (meskipun catechin sebenarnya bagian dari flavanoids).
Flavonoid tersebar pada tanaman yang memenuhi banyak fungsi.

Flavonoid adalah pigmen tumbuhan yang paling penting untuk warna bunga yang memproduksi pigmentasi kuning atau merah/biru di kelopak yang dirancang untuk menarik pollinator hewan.
Flavonoid dikeluarkan oleh akar tanaman bantuan host mereka '' Rhizobia'' dalam tahap infeksi mereka hubungan simbiotik dengan kacang-kacangan seperti kacang polong, kacang, Semanggi, dan kedelai. Rhizobia yang tinggal di tanah dapat merasakan flavonoid dan ini memicu sekresi mengangguk faktor, yang pada gilirannya diakui oleh tanaman dan dapat menyebabkan akar rambut deformasi dan beberapa tanggapan selular seperti ion fluks dan pembentukan nodul akar.
Mereka juga melindungi tanaman dari serangan dengan mikroba, jamur dan serangga.

Flavonoid (khusus flavnoids seperti catechin) adalah "kelompok yang paling umum polyphenolic senyawa dalam makanan manusia dan ubiquitously ditemukan pada tanaman". Flavonols, bioflavonoids asli seperti quercetin, yang juga ditemukan ubiquitously, tetapi dalam jumlah yang lebih rendah. Kedua set senyawa memiliki bukti modulasi kesehatan efek pada hewan yang makan mereka.
Distribusi luas flavonoid, berbagai mereka dan racunnya relatif rendah dibandingkan dengan senyawa aktif tanaman lainnya (misalnya alkaloid) berarti bahwa banyak hewan, termasuk manusia, menelan dibudidayakan di diet mereka. Dihasilkan dari bukti eksperimen bahwa mereka dapat mengubah alergen, virus, dan karsinogen, flavonoid memiliki potensi untuk biologis "respon pengubah", seperti anti-allergic, anti-kobaran, anti-mikroba dan anti kanker kegiatan ditampilkan dari in vitro studi.

Aktivitas antioksidan in vitro
Flavonoid (flavonols danflav nols) umumnya dikenal dengan aktivitas antioksidan in vitro.
Konsumen dan produsen makanan menjadi tertarik pada flavonoid untuk sifat obat mungkin, terutama peran mereka diduga dalam pencegahan kanker dan penyakit kardiovaskular. Meskipun bukti fisiologis tidak belum didirikan, efek menguntungkan dari buah-buahan, sayuran, dan teh atau bahkan merah anggur kadang-kadang telah dituduhkan flavonoid senyawa daripada mikronutrien dikenal, seperti vitamin dan mineral.

Atau, penelitian dilakukan di Linus Pauling Institute dan dievaluasi oleh otoritas keselamatan makanan Eropa menunjukkan bahwa, mengikuti dietary intake, flavonoid sendiri sedikit atau tidak ada nilai antioksidan langsung. Karena kondisi tubuh tidak seperti tabung yang terkendali kondisi, flavonoid dan lain polifenol buruk diserap (kurang dari 5%), dengan sebagian besar apa yang diserap mengalami cepat dan dikeluarkan.
Peningkatan kapasitas antioksidan darah yang terlihat setelah konsumsi makanan kaya flavonoid tidak disebabkan langsung oleh flavonoid sendiri, tapi kemungkinan akan meningkatkan asam urat tingkat yang hasil dari metabolisme flavonoid. Menurut Frei, "kita sekarang dapat mengikuti aktivitas flavonoid dalam tubuh, dan satu hal yang jelas adalah bahwa tubuh melihat mereka sebagai senyawa asing dan sedang mencoba untuk menyingkirkan mereka."

Lain potensi manfaat kesehatan
Kanker
Proses fisiologis flavonoid yang tidak diinginkan senyawa menginduksi disebut tahap II enzim yang juga membantu untuk menghilangkan mutagen dan karsinogen, dan oleh karena itu mungkin nilai dalam pencegahan kanker. Flavonoid juga bisa menyebabkan mekanisme yang dapat membunuh sel kanker dan menghambat tumor invasi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa hanya kecil jumlah flavonoid mungkin diperlukan untuk kemungkinan keuntungan. Mengambil suplemen makanan besar mungkin menyediakan tidak ada manfaat tambahan dan dapat menimbulkan risiko. Namun, kepastian manfaat maupun risiko telah terbukti namun dalam uji coba berskala besar campur tangan manusia.
Kapiler menstabilkan agen
Bioflavonoids seperti rutin, monoxerutin, diosmin, troxerutin dan hidrosmin memiliki potensi sopan santun vasoprotective masih dalam percobaan evaluasi.